20 November 2008

Contoh Bapak Cinta Anaknya...True Story!!

Team Hoyt adalah sebuah tim yang beranggotakan ayah (Dick Hoyt) dan anak (Rick Hoyt) di Massachusetts. yang mengikuti lomba IRON MAN yaitu kombinasi dari 26,2 mil dari berjalan, bersepeda 112 mil , dan berenang 2,4 mil.

Itu merupakan Rekor luar biasa karena [b]RicK Tidak dapat berjalan dan berbicara ![/b]. karena pada kelahirannya, Tali Pusarnya terikat pada Lehernya, sehingga oksigen tidak bisa memasuki otaknya. sehingga tidak ada harapan lagi untuk perkembangan anak mereka. Tetapi orang tua Rick, menghiraukan nasihat dokter, dan tetap ingin membesarkannya.




Suatu Ketika, ada beberapa Insinyur dari Universitas Tufts menyadari akan kondisi Rick, mereka berusaha untuk membantu RIck untuk berkomunikasi, di saat para Insinyur itu datang untung melihat kondisi Rick, mereka sangat kaget, karena Rick bercanda dengan mereka. lalu para Insinyur itu mengatakan bahwa "Rick tidak sepenuhnya Pecah melainkan Retak !"
Dengan Biaya $ 5.000 para insinyur itu merancang komputer bagi Rick yang memunginkan RIck untuk berkomunikasi.

Ketika Komputer itu telah tiba di rumah mereka. kata2 pertama yang dilontarkan bukan "hi dad" atau "hi mom" melainkan "Go Bruins."

Boston Brunis merupakan Team Hockey yang berhasil memasuki Final Stanley CUp pada saat itu

Keluarga Rick menyadari bahwa ia ternyata menyukai olahraga...dan Rick ingin mengikuti Lomba IRONMAN. Itu merupakan suatu tantangan yang berat sekali bagi Dick berumur 65 tahun yang merupakan Pensiunan NATIONAL AIR GUARD
Seperti Angkatan Udara, tetapi hanya untuk pertahanan negara saja

yang memiliki terakhir pangkat Letnan Colonel. terakhir ia bersepeda adalah pada saat ia 6 tahun... dan Dick ternyata tidak bisa berenang jadi ia harus belajar berenang di usianya itu.

Sebenernya masi panjang ceritanya... dr pada para pembaca bosan...mending liat aja videonya.. bagaimana si RICK yang BAHKAN TIDAK BISA BERBICARA DAN BERJALAN MENGIKUTI LOMBA SEPERTI INI

Klik DiSini Untuk Melihat Video

Saat ini, Rick berhasil mendapatkan College Degree di bidang Special Education, dan bekerja di Boston College. Sampai saat ini mereka masi tetap mengikuti lomba serupa sekaligus menjadi Motivator.

Sampai Agustus 2008 Team Hoyt telah mengikuti lomba sebanyak 984 kali !
Ketika ditanya....apa cita2 rick ? ia menjawab..

"The thing I'd most like is that my dad would sit in the chair and I would push him once"

Tuhan Yesus...Ini Owee si Acong..

Ini sebuah kisah nyata yang menarik dan menyentuh. Ada seorang lelaki paruh baya, umur 50 tahunan. Ia biasa dipanggil A Cong. Miskin harta, tetapi jujur dan tekun. Kejujuran dan ketekunan itu mendapat perhatian seorang pemilik toko material di daerah Glodok, Pinangsia, Jakarta . A Cong diangkat menjadi penanggung jawab penuh toko tersebut. Usaha material itu meraup sukses luar biasa.

Sedemikian sibuknya A Cong di toko itu melayani pembeli, sampai ia tak sempat makan dengan teratur. Bahkan tidak jarang ia makan sambil tetap melayani.

Tetapi, di tengah kesibukannya, setiap jam 12 siang ia menyempatkan diri berlari ke sebuah Gereja di dekat situ. Dan itu ia lakukan tiap hari, sudah lebih dari tiga setengah tahun.

Sampai pada suatu hari kecurigaan seorang pastor memuncak .. !

Pastor telah memperhatikan dan mengamati fenomena aneh ini di Gerejanya. A Cong datang dipintu Gereja, hanya berdiri saja, membuat tanda salib, lalu segera pergi lagi.

Ritual itu setia dilakukan A Cong, tiap-tiap hari, itu-itu saja. Adakah
udang di balik batu??? Jangan-jangan ..... Romo yang penasaran itu mencari
kesempatan menghadang si A Cong, dan bertanya tanpa basa-basi lagi: "Maaf, Cek (panggilan menghormat bagi laki-laki Tionghoa), kenapa Encek saben hari datang jam 12 begini, cuman berdiri aja di pintu, bikin tanda salib, terus cepet-cepet pergi?"

Kaget, si A Cong menjawab tersipu: "Hah?!... oo Lomo, ya Lomo, owe ini olang sibuk, owe punya waktu seliki, tapi owe seneng dateng kemali."

Jelas, Romo belum puas dan terus mendesak: "Emangnya apa yang Encek lakukan di pintu gereja gitu?"

Jawab A Cong dengan polos: "Ngga ada apa-apa. Benel Owe cuman bilang ini doang: Tuhan Yesus, ini owe, A Cong. Uuudah."

Terbengong, hanya "Oh....!" yang bisa dilontarkan sang Romo. Dan A Cong pun bergegas kembali ke tokonya.

Pada suatu hari A Cong sakit parah karena super sibuk dan makan sekenanya, tidak teratur. Komplikasi penyakitnya cukup berat sehingga ia dilarikan ke rumah sakit. A Cong bukan orang kaya, maka ia menempati kamar kelas 3, satu kamar dihuni 8 orang pasien. Sejak masuknya A Cong, kamar itu menjadi ceria, penuh canda tawa. Tak terasa 3 bulan sudah A Cong dirawat. Ia pun sembuh dan diperbolehkan pulang.

Ia gembira, tentunya, tetapi teman-teman sekamarnya bersedih. Selama dirawat itu, semua sesama pasien dihiburnya. A Cong setiap pagi menghampiri teman-teman pasiennya, satu per satu, dan menanyakan keadaan masing-masing. Sayang, sekarang A Cong harus pulang dan kamar itu akan kembali sunyi.

Akhirnya salah seorang sesama pasien mencoba bertanya: "Eh, Cek A Cong, mau nanya nih. Kenapa sih Encek begitu gembira, dan selalu gembira, padahal penyakit Encek ' kan serius?"

Acong tercenung dan menjawab, "Saben ali yam lua welas, yah, ada olang laki lambut gondlong dateng, megang kaki owe, dia bilang: A Cong, ini aku, Yesus Kristus. Gimana owe nggak seneng, coba..."

Moral of the story :

Sesibuk-sibuknya kita, sisihkan waktu kita, untuk selalu bersama Tuhan Yesus, .. orang sederhana seperti A Cong pun yang sebenarnya ngak tahu siapa itu Yesus .... bisa juga kok ..... membawa terang pada sekitarnya ... karena dia mengasihi Yesus dan juga Yesus mengasihi kita semua ....

I LOVE THIS MAN
No one falls in love by choice,
it is by CHANCE.
No one stays in love by chance,
it is by WORK.
And no one falls out of love by chance,
it is by CHOICE


14 November 2008

Kisah Butler (Sebuah Renungan Hidup)

Bob Butler kehilangan kedua kakinya karena ledakan ranjau saat perang Vietnam tahun 1965. Dia pulang sebagai seorang pahlawan perang. Dua puluh tahun kemudian, dia membuktikan bahwa heroisme itu datang dari dalam hati.

Butler sedang bekerja di dalam garasi di sebuah kota kecil di Arizona pada suatu hari di musim panas. Saat itu dia mendengar teriakan histeris seorang wanita dari belakang rumah tetangganya. Dia mengayuh kursi rodanya ke rumah itu dan menuju ke halaman belakang. Tetapi ada pagar terkunci yang tidak memungkinkan kursi roda itu lewat. Veteran itu kemudian turun dari kursi, melompati pagar dengan kedua tangannya dan merayap dengan secepatnya melewati semak dan rerumputan.

"Saya harus segera sampai ke sana," katanya. "Tidak peduli apakah itu akan menyakitkan dan melukai tubuhku sendiri."

Saat Butler sampai di belakang rumah, dia mengikuti teriakan itu sampai ke kolam renang, dimana ada seorang anak perempuan berumur tiga tahun yang tergeletak di dasar kolam. Anak itu lahir dengan tidak memiliki kedua lengan, jatuh ke kolam renang dan tidak bisa berenang.

Ibunya berdiri di tepi kolam sambil berteriak histeris. Butler segera menyelam ke dasar kolam renang dan membawa Stephanie keluar. Wajahnya telah kebiruan, tidak ada detak jantung dan tidak bernafas.

Butler segera memberi nafas buatan saat ibu Stephanie menelpon departemen pemadam kebakaran (911). Dia bilang semua petugas pemadam kebakaran sedang bertugas keluar, dan tidak ada petugas di kantor. Dengan tanpa harapan, dia menangis dan memeluk bahu Butler.

Sambil meneruskan memberi nafas buatan, Butler menenangkan ibunya Stpehanie. "Jangan kuatir," katanya. "Saya sudah menjadi tangannya untuk membawanya keluar dari kolam. Dia akan baik-baik saja. Sekarang saya sedang menjadi paru-parunya. Bersama kita akan bisa melewatinya."

Dua menit kemudian gadis kecil itu batuk-batuk, siuman kembali dan mulai menangis. Ketika mereka berpelukan dan bersyukur, ibunya Stephanie bertanya bagaimana Butler bisa tahu bahwa semua akan bisa diatasi dengan baik.

"Saat kedua kaki saya meledak di perang Vietnam, saya seorang diri di tengah lapangan," Butler bercerita. "Tidak ada seorang pun yang mau datang untuk menolong, kecuali seorang anak perempuan Vietnam. Dengan susah payah dia menyeret tubuh saya ke desa, dan dia berbisik dengan bahasa Inggrisnya yang terpatah-patah, 'Semuanya OK. Kamu bisa hidup. Saya menjadi kakimu. Bersama kita bisa melewati semuanya.' "

"Sekarang ini giliran saya," kata Butler kepada ibunya Stephanie,
"Untuk membalas semua yang sudah saya terima."