31 Oktober 2008

Bisakah Menghadapi Kenyataan Hidup Ini....

Salah satu pasien favorit kami terbiasa keluar masuk rumah sakit kecil
setempat, dan kami semua, dari bagian bedah, telah begitu mengenal dia
dan suaminya.

Meski menderita kanker yang mematikan disertai derita sakitnya, tak
pernah ia lalai memberi kami senyum atau dekapan.
Setiap kali suaminya bertamu, ia langsung begitu suka ria seakan bara
menyala...
Suaminya seorang pria yang baik, sangat sopan dan ramah bersahabat sama
seperti istrinya itu. Saya telah begitu terbiasa dan seakan terikat pada
mereka dan bahkan selalu merasa senang merawatnya.

Sangat kukagumi ekspresi cinta kasih mereka. Setiap hari, ia (suami)
membawakannya bunga2 segar dan sebuah senyuman,lalu ia duduk
diranjangnya sambil berpegangan tangan dan berbicara pelan2. Ketika
sakitnya terlalu keras dan ia menjerit atau jadi bingung, suaminya
merangkulnya lembut disertai bisikan2 hiburan sampai ia tertidur. Ia
(suami) menghabiskan setiap saat yang ada di samping tempat tidurnya,
memberinya sedotan2 air minum dan membelai keningnya. Setiap malam,
sebelum ia kembali pulang, ia menutup pintu sehingga mereka bisa tinggal
berduaan saja. Ketika ia sudah pergi, kami lihat istrinya tertidur damai
dengan sebuah senyum dibibirnya.

Tapi pada malam ini, keadaannya menjadi lain. Segera setelah aku melapor
hadir, perawat harian yang bertugas memberitahu bahwa keadaannya menjadi
makin memburuk saja dan dikuatirkan tak akan buat bertahan sampai esok.
Meskipun aku sedih, aku tahu ini yang terbaik.
Setidaknya sahabatku ini tidak perlu menderita sakit lebih lama lagi.
Aku tinggalkan kantor dan pergi memeriksanya dulu.
Waktu aku memasuki kamarnya, ia membangunkan diri dan bersenyum lemah,
tetapi pernapasannya sudah berat dan aku bisa mengira ini tak kan tahan
lama.

Suaminya duduk disampingnya, bersenyum, juga, dan berkata, "Kekasihku
dan Cintaku akhirnya akan menerima pahalanya."
Mataku mulai membasah, jadi aku tanya apakah ada sesuatu yang diperlukan
dan cepat2 menghilang. Aku tawarkan perawatan dan hiburan sepanjang
malam itu, dan sekitar tengah malam ia meningggal dunia, didampingi
suaminya yang masih memegangi tangannya.

Aku menghiburnya dan dengan air mata menuruni pipinya ia berkata,
"Tolong, izinkan aku tinggal sebentar lagi bersamanya, tolong, boleh
ya..?" Aku mendekapnya dan menutup pintu dibelakangku.

Aku berdiri diluar pintu, menghapus air mataku dan merasakan kehilangan
sahabatku dan senyumnya. Dan aku bisa merasakan sakit pedih suaminya
dalam hatiku sendiri. Tiba2 dari dalam kamar itu terdengar bunyi
nyanyian suara pria terindah yang pernah kudengar.?
Kedengarannya begitu mencekam - seram, hampir2 menegakkan bulu roma
ketika suara itu menggema, beralunan melewati lorong2 dan serambi2. Para
jururawat lainnya keluar melongok dilorong mendengarkannya menyanyikan
lagu "Beautiful Brown Eyes" yang seakan meledak keluar dari paru2nya.

Ketika lagu itu mulai berakhir dan suaranya menghilang, pintu kamar
terbuka dan ia memanggilku. Ia menatap dalam2 mataku, merangkulku,
katanya, "Dari sejak hari pertama kami bertemu, lagu itu kunyanyikan
untuknya setiap malam.
Biasanya aku tutup pintu dan mengecilkan suara agar tak sampai
mengganggu pasien2 lainnya. Tapi malam ini aku inginkan kepastian bahwa
ia mendengarkanku selagi dalam perjalanan ke surga.

Ia harus tahu bahwa ia selamanya akan menjadi cintaku. Mohon mintakan
maaf pada pasien2 lain yang merasa terusik. Aku benar2 tak tahu
bagaimana nantinya tanpa dia, tapi aku akan terus menyanyikan lagu
padanya setiap malam.
Kau pikir ia akan mendengarku?"

Aku mengangguk mengatakan "iya", tak berdaya menahan air mataku. Ia
merangkulku lagi, mengecup pipiku, mengucap terima kasih telah menjadi
perawat sekaligus sahabat mereka. Ia berterima kasih juga kepada perawat
lain2nya, lalu berbalik dan berjalan menelusuri balai, punggungnya agak
membungkuk, dan dengan lembut menyiulkan lagunya itu.

Sambil mengawasinya berjalan pergi aku berdoa semoga aku, juga, suatu
hari bisa mengenal jenis cinta kasih kekal seperti itu.

================================================================
ini adalah kisah nyata yg gua dapat secara ga sengaja katika cek website yg ditulis seorg perawat, dan gua baca ini T_T hampir keluar mata.
andaikan org yg kita cintai seperti ini, bagaimana kita menghadapi kemyataan ? sanggupkah kita melupakanya cinta yg begitu tulus ?
kalau gua yg alamin gua ga tahu harus berbuat apa ....

1 komentar:

Anonim mengatakan...

hampir keluar air mata x, masa keluar mata .

btw nice post :o

Posting Komentar